Lompat ke isi

Kwashiorkor

Dari Wiki Berbudi
Kwashiorkor
Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi berat yang disebabkan oleh kekurangan protein dalam asupan makanan, meskipun asupan energi dari karbohidrat mungkin masih cukup. Kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama di daerah dengan keterbatasan akses terhadap sumber protein hewani maupun nabati. Kwashiorkor sering dikaitkan dengan kemiskinan, bencana alam, dan situasi darurat kemanusiaan yang mengganggu pasokan pangan. Gejala khasnya meliputi edema (pembengkakan), perubahan warna kulit dan rambut, serta gangguan pertumbuhan.

Asal Usul dan Istilah

Istilah "Kwashiorkor" berasal dari bahasa Ga yang digunakan di Ghana, yang berarti "penyakit yang diderita anak ketika anak baru datang". Nama ini mencerminkan kondisi anak yang disapih terlalu dini setelah kelahiran adik, sehingga asupan makanan pendampingnya tidak memenuhi kebutuhan protein. Penyakit ini pertama kali dijelaskan secara ilmiah oleh Dr. Cicely Williams pada tahun 1930-an di Afrika Barat.

Penyebab

Penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein dalam diet, meskipun kalori dari karbohidrat seperti nasi, jagung, atau ubi masih tersedia. Faktor-faktor yang berkontribusi meliputi:

  1. Pola makan yang tidak seimbang dengan dominasi karbohidrat dan minim protein.
  2. Kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap sumber protein.
  3. Penyakit kronis yang mengganggu penyerapan nutrisi.
  4. Praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
  5. Krisis pangan akibat bencana alam atau konflik.

Gejala

Kwashiorkor dapat dikenali melalui gejala-gejala klinis berikut:

  1. Edema terutama pada kaki, pergelangan, dan wajah.
  2. Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap atau belang, terkadang disertai pengelupasan.
  3. Rambut menjadi tipis, rapuh, dan berubah warna menjadi kemerahan atau kekuningan.
  4. Perut buncit akibat retensi cairan dan pembesaran hati (hepatomegali).
  5. Apatis, mudah marah, dan kehilangan nafsu makan.
  6. Pertumbuhan terhambat dan massa otot berkurang.

Mekanisme Terjadinya

Secara fisiologis, kekurangan protein menyebabkan penurunan produksi albumin dalam darah, sehingga tekanan osmotik koloid plasma menurun dan cairan keluar ke jaringan, menyebabkan edema. Selain itu, kekurangan asam amino esensial mengganggu sintesis enzim dan hormon penting, yang pada akhirnya memengaruhi metabolisme tubuh secara keseluruhan. Gangguan fungsi hati juga sering ditemukan karena ketidakmampuan memproses lemak secara optimal.

Perbedaan dengan Marasmus

Kwashiorkor sering dibandingkan dengan marasmus, bentuk lain dari malnutrisi. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada marasmus terjadi kekurangan kalori secara keseluruhan, sedangkan pada kwashiorkor asupan kalori mungkin cukup tetapi sangat miskin protein. Anak dengan marasmus terlihat sangat kurus tanpa edema, sedangkan kwashiorkor ditandai dengan pembengkakan tubuh.

Diagnosis

Diagnosis kwashiorkor dilakukan melalui pemeriksaan fisik, riwayat diet, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan kadar albumin yang rendah, anemia, dan ketidakseimbangan elektrolit. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) dibandingkan dengan standar pertumbuhan anak dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penatalaksanaan

Penanganan kwashiorkor harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari komplikasi. Langkah awal meliputi stabilisasi kondisi pasien, pengobatan infeksi yang menyertai, dan koreksi ketidakseimbangan cairan serta elektrolit. Pemberian nutrisi dilakukan secara hati-hati, dimulai dengan makanan rendah protein yang mudah dicerna, kemudian secara bertahap meningkatkan asupan protein dan energi. Suplemen vitamin dan mineral seperti vitamin A, asam folat, dan zink sering diberikan.

Pencegahan

Pencegahan kwashiorkor sangat bergantung pada perbaikan status gizi masyarakat secara umum. Upaya yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Edukasi masyarakat tentang pentingnya protein dalam diet sehari-hari.
  2. Promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan.
  3. Diversifikasi pangan dengan menambahkan sumber protein nabati dan hewani.
  4. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan gizi.
  5. Program bantuan pangan di daerah rawan gizi.

Epidemiologi

Kwashiorkor masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang di Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan beberapa wilayah Amerika Latin. Prevalensinya tinggi di daerah dengan pola konsumsi yang didominasi oleh makanan pokok rendah protein seperti singkong atau jagung. Faktor sosial-ekonomi, pendidikan, dan budaya berperan besar dalam terjadinya penyakit ini.

Prognosis

Prognosis kwashiorkor bergantung pada kecepatan diagnosis dan penanganan. Jika ditangani dengan benar, anak dapat pulih sepenuhnya. Namun, keterlambatan penanganan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal jantung, kerusakan otak permanen, atau bahkan kematian. Anak yang pernah mengalami kwashiorkor juga berisiko memiliki gangguan pertumbuhan jangka panjang.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kwashiorkor tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga pada produktivitas dan perkembangan sosial ekonomi suatu komunitas. Anak-anak yang menderita malnutrisi berat cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah, kapasitas kerja yang terbatas saat dewasa, dan meningkatkan beban ekonomi keluarga serta negara. Pencegahan dan penanganan dini menjadi investasi penting untuk masa depan suatu bangsa.