Lompat ke isi

Fototropisme

Dari Wiki Berbudi
Revisi sejak 12 Agustus 2025 12.28 oleh Budi (bicara | kontrib) (Created page with "Fototropisme adalah respons pertumbuhan tumbuhan terhadap arah datangnya cahaya. Respons ini membuat bagian tumbuhan, terutama batang, tumbuh menuju sumber cahaya (fototropisme positif) atau menjauhinya (fototropisme negatif). Fenomena ini terjadi karena distribusi hormon auksin yang tidak merata pada sisi batang atau organ tumbuhan yang terkena cahaya. Fototropisme membantu tumbuhan memaksimalkan proses fotosintesis dengan mengoptimalkan penyerapan c...")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Fototropisme adalah respons pertumbuhan tumbuhan terhadap arah datangnya cahaya. Respons ini membuat bagian tumbuhan, terutama batang, tumbuh menuju sumber cahaya (fototropisme positif) atau menjauhinya (fototropisme negatif). Fenomena ini terjadi karena distribusi hormon auksin yang tidak merata pada sisi batang atau organ tumbuhan yang terkena cahaya. Fototropisme membantu tumbuhan memaksimalkan proses fotosintesis dengan mengoptimalkan penyerapan cahaya oleh daun.

Mekanisme Fototropisme

Fototropisme dipicu oleh cahaya, terutama cahaya biru, yang dideteksi oleh reseptor khusus bernama fototropin. Ketika cahaya datang dari satu arah, konsentrasi auksin berpindah ke sisi batang yang tidak terkena cahaya. Pada batang, auksin merangsang pemanjangan sel, sehingga sisi yang memiliki auksin lebih banyak tumbuh lebih cepat dan batang membengkok ke arah cahaya.

Pada akar, mekanisme ini berbeda. Meskipun auksin juga berpindah ke sisi yang berlawanan dari sumber cahaya, konsentrasi tinggi auksin di akar justru menghambat pemanjangan sel, sehingga akar membengkok menjauhi cahaya (fototropisme negatif). Hal ini menunjukkan bahwa efek auksin bergantung pada jenis jaringan tumbuhan.

Jenis-Jenis Fototropisme

Fototropisme dapat dibedakan menjadi dua jenis utama:

  1. Fototropisme positif: pertumbuhan menuju sumber cahaya, umumnya terjadi pada batang dan daun.
  2. Fototropisme negatif: pertumbuhan menjauhi sumber cahaya, biasanya terjadi pada akar.

Selain itu, beberapa tanaman menunjukkan fototropisme lateral, yaitu pertumbuhan yang menyamping untuk mendapatkan cahaya optimal di lingkungan yang teduh.

Peran Hormon dalam Fototropisme

Auksin adalah hormon utama yang terlibat dalam fototropisme. Hormon ini diproduksi terutama di ujung batang (koleoptil) dan didistribusikan ke sisi yang tidak terkena cahaya. Distribusi asimetris ini menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan sel.

Selain auksin, hormon lain seperti giberelin dan sitokinin juga dapat memengaruhi respons fototropik, meskipun perannya tidak sebesar auksin. Interaksi antara hormon-hormon ini membantu tumbuhan beradaptasi terhadap kondisi pencahayaan yang berubah-ubah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fototropisme

Beberapa faktor dapat memengaruhi tingkat fototropisme pada tumbuhan, antara lain:

  1. Intensitas cahaya: semakin kuat intensitas, semakin jelas respons fototropik.
  2. Panjang gelombang cahaya: fototropisme paling sensitif terhadap cahaya biru.
  3. Lama penyinaran: durasi paparan cahaya memengaruhi distribusi hormon.
  4. Usia tanaman: tanaman muda biasanya menunjukkan fototropisme yang lebih kuat.

Fototropisme pada Tanaman Budidaya

Petani dan ahli hortikultura memanfaatkan fototropisme untuk mengatur pertumbuhan tanaman. Misalnya, penempatan sumber cahaya pada rumah kaca diatur agar tanaman tumbuh lurus dan tidak miring.

Pada tanaman indoor, lampu tumbuh (growth light) sering diputar secara berkala untuk memastikan cahaya merata dan menghindari pertumbuhan yang terlalu condong ke satu arah.

Fototropisme dalam Ekologi

Fototropisme memainkan peran penting dalam ekologi karena memengaruhi distribusi dan kompetisi antar tanaman. Tanaman yang dapat tumbuh cepat ke arah cahaya memiliki keunggulan dalam mendapatkan energi untuk fotosintesis, sehingga dapat bersaing lebih baik di habitat padat.

Di hutan tropis, tanaman bawah kanopi sering menunjukkan fototropisme yang kuat untuk mencari celah cahaya di antara pepohonan besar.

Penelitian Fototropisme

Penelitian tentang fototropisme telah dilakukan sejak abad ke-19, ketika Charles Darwin dan putranya, Francis Darwin, mempelajari pertumbuhan koleoptil rumput menuju cahaya. Eksperimen mereka menunjukkan bahwa ujung koleoptil memegang peran penting dalam mendeteksi cahaya dan mengatur pertumbuhan.

Penemuan ini menjadi dasar bagi penelitian hormon tumbuhan dan perkembangan fisiologi tumbuhan modern.

Fototropisme dan Teknologi

Teknologi pertanian modern memanfaatkan pemahaman tentang fototropisme untuk mengembangkan sistem pencahayaan buatan yang efisien. Hidroponik dan aeroponik sering menggunakan lampu LED dengan spektrum cahaya biru untuk memicu pertumbuhan optimal.

Pemahaman ini juga digunakan dalam misi luar angkasa untuk menumbuhkan tanaman di stasiun luar angkasa, di mana arah cahaya dapat diatur secara presisi untuk mengontrol bentuk dan arah pertumbuhan.

Hubungan Fototropisme dengan Geotropisme

Fototropisme sering berinteraksi dengan geotropisme (respons terhadap gravitasi). Pada batang, fototropisme positif biasanya lebih dominan, membuat batang tumbuh ke arah cahaya meskipun melawan gravitasi.

Sebaliknya, pada akar, geotropisme positif lebih kuat, sehingga akar tetap tumbuh ke bawah meskipun ada pengaruh fototropisme negatif.

Contoh Tanaman dengan Fototropisme Tinggi

Beberapa tanaman menunjukkan fototropisme yang sangat jelas, di antaranya:

  1. Bunga matahari yang mengikuti pergerakan matahari dari timur ke barat (heliotropisme, bentuk khusus fototropisme).
  2. Tanaman kacang-kacangan yang batangnya cepat membengkok ke arah jendela.
  3. Rumput dan gandum yang koleoptilnya sensitif terhadap cahaya.